Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Feature Title‎ 1

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat... Read More

Feature Title‎ 2

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat... Read More

Feature Title‎ 3

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat... Read More

Feature Title‎ 4

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat... Read More

Feature Title‎ 5

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat... Read More

Tema : Global warming

0 komentar
Bumi.......
Semakin hari kau semakin merana.
Akibat ulah dari mereka.
Mereka yang selalu mengeksploitasimu.
Mereka yang tak memikirkan kelangsungan hidupmu.

Dulu kau begitu asri.
Tapi kini kau sudah tak seperti itu.
Kini kau seamkinpanasakibat pemanasan global.
Pemanasan global akibat menipisnya lapisan ozon.

Bumiku, kini tak seelok dulu lagi.
Dia sedang menangis kecewa.
Marilah kita menyadari sepenuh hati.
Mulailah kembali untuk merawat dan memperhatikannya.
Karena sudah seharusnya kita mencintai dan menjaganya.
Ayo kita lakukan perubahan dan langkah nyata :)
#Fighting.....Fighting.....and starting to know !!!

http://www.unej.ac.id/index.php/en/
 http://biofkip.blogspot.com/
 http://www.hmplumbalumba.com/
Read More →

Tema : Didirikannya suatu lembaga yang mengurusi daur ulang sampah daerah kampus, rumah kompos

0 komentar
Sampah adalah merupakan masalah yang amat serius bagi masyarakat, yang seakan tidak pernah ada habisnya. Akibat aktivitas yang dilakukan manusia yang merupakan salah satu penyumbang adanya sampah dengan limbah yang dihasilkannya sehingga membuat sampah semakin bertambah tiap harinya. Saat ini, kota Jember, terutama daerah sekitar kampus sudah semakin bertambah padat . oledengan banyaknya mahasiswa pendatang, khususnya dari luar kota. Oleh karenanya, sampah yang ada didaerah kampus semakin meningkat akibat limbah yang dihasilkan oleh para mahasiswa tersebut.
Dengan adanya permasalahan tersebut, dirasa perlu untuk mendirikan suatu lembaga yang mengurusi daur ulang sampah didaerah kampus, karena jika sampah tersebut dibiarkan akan mengganggu ketertiban umum. Namun jika sampah tersebut dibakar, asap yang dihasilkan akan mengganggu masyarakat. Apalagi didaerah kampus juga terdapat banyak pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman sehingga apabila hal tersebut dibiarkan akan mengganggu kesehatan mahasiswa disana. Oleh karena itu, pendirian lembaga daur ulang sampah akan sangat membantu. Sampah tersebut bisa diolah menjadi barang yang memiliki nilai jual apabila kita mendaur ulangnya. Contohnya : sampah bungkus mie atau detergen dapat diolah menjadi tas anyaman, dll.

http://www.unej.ac.id/index.php/en/
 http://biofkip.blogspot.com/
 http://www.hmplumbalumba.com/


Read More →

Tawuran pelajar

0 komentar

BAB I

     PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap hari, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak tetapi tawuran antar warga, antar kaum beragama,antara polisi dan mahasiswa, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi dimasyarakat kita.Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi-jadi semenjak terciptanya geng-geng dikalangan masyarakat. Perilaku angota geng yang tidak baik selalu dilakukan bahkan mereka tidak malu untuk memperpertontonkan ditengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng atau kelompok tersebut. Sebab tawuran ada beragam, mulai dari hal sepele sampai hal-hal serius yang menjurus pada tindakan bentrok. Tawuran dapat menyebabkan perpecahan di kalangan para pelajar.Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial yang berupa perkelahian
Sebagai seorang pelajar seharusnya kita tidak melakukan tindakan seperti itu apalagi kita adalah calon generasi masa depan. Banyak hal yang dapat memicu tawuran antar pelajar,  biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam dengan rasa kesetiakawanan yang  tinggi sehingga para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.  Kekerasan sudah dianggap biyasa bahkan para mahasiswa yang notabene orang  yang berpendidikan dalam memecahkan masalah selalu menggunakan kekerasan.  Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa kalangan  pelajar saat ini seolah-olah sangat leluasa untuk melakukan hal-hal yang bersifat anarkis dan premanis  yang jelas-jelas sangat bertentangan degas norma-norma yang berlaku. Tentunya perilaku ini sangat merugikan orang yang terlibat dalam tawuran tersebut.  Bahkan orang lain yang tidak terlibat juga merasakan dampak dari tawuran tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
1. Sebutkan jenis-jenis kenakalan remaja?
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar?
3. Apa saja dampak dari tawuran pelajar?
4. Upaya apa saja yang dapat mengatasi tawuran pelajar?

1.3. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja, faktor-faktor yang dapat menyebabkan tawuran pelajar, dampak yang diakibatkan dari tawuran pelajar dan upaya untuk mengatasi tawuran pelajar sehingga sebagai remaja kita bisa membentengi diri kita untuk tidak melakukan tawuran pelajar.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Kenakalan Remaja
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian  dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu :
1. Delikuensi situasional yaitu  perkelahian yang  terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi.  Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik yaitu para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk dan dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

2.2   Faktor- faktor penyebab tawuran pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :

2.2.1. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.

2.2.2  Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, antara lain :

 2.2.2.1 Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan tersebut. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
            Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu  penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.

2.2.2.2 Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya menjadikan para siswanya pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya  disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik muridnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan sehingga hal inilah yang bisa saja ditiru oleh para siswanya. Disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.


2.2.2.3 Faktor Lingkungan
Lingkungan masayarakat juga menjadi salah satu penyebab tawuran pelajar karena dari lingkungan perilaku remaja dapat berubah sesuai ndengan lingkungan yang ditempati. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik begitu juga sebaliknya. Pergaulan dengan masyarakat sekitar juga dapat membentuk pola perilaku yang tidak baik melalui tindakan yang dilakukan yang menuju kearah yang negativ. Contohnya kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

2.3 Dampak tawuran pelajar
Banyak hal yang diakibatkan dari tawuran pelajar, tak hanya meliputi pelajar yang ikut tawuran namun tawuran pelajar juga dapat merugikan masyarakat sekitar. Antara lain :
Ø  Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
Ø  Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga selain itu masyarakat juga akan merasa resah akibat tawuran tersebut
Ø  Terganggunya proses belajar mengajar.
Ø  Menurunnya moralitas para pelajar.
Ø  Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai

2.4  Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar 
Ø  Hal utama dimulai dari kesadaran pelajar untuk tidak melakukan tawuran dan peran orangtua harusnya lebih ditingkatkan lagi dalam mengawasi tingkah laku dan pergaulannya
Ø  Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
Ø  Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
Ø  Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sedang mencari jati diri
Ø  Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya. Contohnya  : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
Selain hal-hal diatas yang dapat dilakukan, Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja, diantaranya :
Ø  Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
Ø  Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
Ø  Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Delikuensi situasional dan delikuensi sistematik
2. Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar, Sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh datang dari luar individu. Misalnya : faktor keluarga, lingkungan, dan sekolah.
3. Kerugian fisik meliputi pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban, masyarakat sekitar juga dirugikan, terganggunya proses belajar mengajar dan lain sebagainya.
4. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar, menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar, memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri, dan lain-lain.
3.2 Saran
Dengan mengetahui apa saja faktor penyebab tawuran pelajar dan dampak yang ditimbulkan dimasyarakat maka hendaknya kita lebih membentengi diri untuk tidak ikut dalam tawuran pelajar dan peran utama keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harusnya mampu membentuk pola pikir yang baik selain itu perlu pengawasan yang ekstra terhadap tingkah laku dan pergaulan anaknya.

Read More →

Golongan darah pada manusia

0 komentar

I.         Judul
Golongan darah pada manusia

II.      Tujuan
  Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia

III.   Dasar Teori
*      Pengertian darah
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang membentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas ( Subowo, 1992 ).
Darah merupakan medium transport dari sistem sirkulasi. Darah tidak hanya mengangkut O2 dan CO2 ke  jaringan dan dari jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di seluruh badan, diantaranya molekul-molekul makanan (seperti gula dan asam amino), limbah metabolism (urea), ion-ion dari macam-macam garam dan hormon-hormon (Waluyo, 2006: 171).
Selain itu, darah juga unit fungsional selular pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
*      Komponen Darah
1.      Sel darah merah (eritrosit)
sel darah merah dan rasio perbandingan antara kedua tipe tersebut kira-kira 1:700. Proses pembentukan pada umumnya terjadi di sumsum tulang. Sebenarnya ada 5 tipe leukosit yang beredar dalam tubuh, namun berdasarkan dengan perkembangan zaman, sel-sel darah putih dibedakan Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama penyusun sel sel-sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb) yang menyebabkan darah berwarna merah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa hemin (zat besi). Serta hemoglobin juga mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2. Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkav. Sel darah merah berguna untuk mengikat gas pernapasan dan mengangkutnya ke atau dari jaringan (alat pernapasan) (Waluyo, 2006: 171).

2.      Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih (leukosit), jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada sel-dalam 3 jenis, diantaranya :
·         Granulosit, diantaranya neutrofil, basonofil, eosinofil dan basofil. Memiliki ciri-ciri mengandung granula, inti besar dibandingkan sitoplasma. Inti tersebut bersifat polymorphis, yaitu menggembung tidak teratur.
·         Limfosit, tidak mengandung granula, inti sangat besar dibandingkan sitoplasma, dapat berubah bentuk dan berpindah (ameboid) dari kapiler ke jaringan. Untuk kembali lagi ke peredaran darah, limfosit masuk melalui pembuluh limfe.
·         Monosit, memiliki bentuk yang lebih besar dari kedua jenis diatas, berinti besar dan tebal membentuk huruf J (Waluyo, 2006: 171).

3.      Keping-keping darah (Trombosit)
Keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yng disebut megakariosit. Karakteristik keeping darah sebagai berikut .
·         Keping darah berukuran kecil, bentuknya tidak beraturan.
·         Keping darah tidak berinti sehingga berumur pendek.
·         Masa hidup keping darah sekitar 10-12 hari.
·         Dalam setiap mililiter darah terdapat keeping darah sekitar 200.000-400.000 butir.
·         Keping darah ini berperan ini dalam proses penggumpalan darah (Omegawati, 2010:82).

4.      Plasma darah
              Plasma darah merupakan komponen penyusun sel-sel darah yang berbentuk suatu cairan yang berwarna kekuning-kuningan. Plasma darah terdiri atas berbagai macam zat makana (glukosa, asam amino, asam lemak, lemak, protein) hormon, enzim, antibodi, dan garam mineral serta air yang merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai pelarut yang terbaik di dalam plasma darah, sehingga dapat menyebabkan darah sebagai medium transport yang efektif (Waluyo, 2006: 171).
Protein plasma terdiri atas :
·         Antihemophilic globulin
·         Tromboplastin
·         Fibrinogen
·         Albumin dan immonugen.


*      Golongan darah
Manusia memiliki perbedaan susunan protein yang terdapat dalam darahnya. Protein yang memegang peranan untuk ini adalah antigen dan aglutinin (antibodi). Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, aglutinin dalam plasma. Aglutinin akan menyerang antigen darah segolongan dengan dia. Aglutinin akan yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya penggumpalan (aglutinasi) (Yatim, 1990:211-212).
·      Aglutinogen
Dua jenis antigen berbeda tetapi berhubungan tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan eritrosit berbagai orang, karena antigen ini diturunkan, seseorang dapat tidak mempunyai salah satu dari antigen ini, atau dapat mempunyai salah satu keduanya (Guyton, 1990:65).
Beberapa darah juga mengandung antibodi kuat yang secara spesifik bereaksi dengan antigen tipe A dan tipe B dalam sel, menyebabkan aglutinasi dan hemolisis. Karena antigen tipe A dan tipe B dalam sel membuat sel peka terhadap aglutinasi atigen-antigen ini dinamakan aglutinogen (Guyton, 1990:68).
·      Aglutinin
Bila aglutinogen tipe A tidak terdapat dalam sel darah merah seseorang dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti A. Apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam plasma terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti B (Guyton, 1996: 572).
Golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti A dan anti B, golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti B, dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya, golongan darah AB Mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali (Guyton, 1996: 572).
Dibawah ini adalah tabel aglutinin dan aglutinogen pada penggolongan darah manusia.
Golongan
Aglutinogen
Aglutinin
A
A
B
B
B
A
AB
A dan B
-
O
-
A dan B

Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
1.    Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900, menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam diantaranya :
§  Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin (beta)
§  Golongan darah B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin (alfa)
§  Golongan darah AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin
§  Golongan darah O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinigen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta. (Waluyo,2010:173)
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1.      Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2.      Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
3.      Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4.      Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. (Winotasara,1993:53)
2.    Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
§  Golongan darah M, mengandung antigen M
§  Golongan darah N, mengandung antigen N
§  Golongan darah MN, mengandung antigen M dan antigen N.
(Waluyo,2010:174)
3.    Sistem Rhesus
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus + mengandung antigen faktor Rhesus dalam eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma. Sedangkan orang yang berjenis Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak mengandung aglutininnyadalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya. Kalau donor Rh-, resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada aglutinin resipien dan tak ada antigen donor yang harus digumpalkan. (Yatim,1987:213)
*      Fungsi penggolongan darah :
1. Penting untuk proses transfusi darah
2. Penting untuk penyelidikan golongan darah
( Juprimalino, 2012 )
*      Fungsi darah
Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu :  
a.       Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
b.        Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
c.        Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
d.        Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
e.        Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
f.        Menjaga suhu temperatur tubuh
g.       Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
h.       Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.


IV.  Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Mikroskop
b.      Tusuk gigi
c.       Pinset
d.      Pensil
e.       Lenset/jarum steril
f.       Gelas obyek
2.      Bahan
a.       Serum A dan B
b.      Alkohol 70 %
c.       Kapas
d.      Darah segar manusia


V.      Langkah Kerja


 

















VI.        Hasil Pengamatan
Data kelas golongan darah
Kelompok
Nama
Golongan darah
1
Qiqim
A
2
Tomy
A
3
Oke
A
4
Silvia
B
5
Rizka
A


VII.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji golongan darah pada manusia dengan meneteskan atau menambahkan sedikit serum A dan serum B pada darah perwakilan kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah yang dimiliki oleh perwakilan kelompok sesuai dengan sistem ABO.
Dari hasil percobaan kami memperoleh data sebagai berikut :
·      Kelompok 1 memiliki golongan darah A.
Golongan darah A saat dilakukan pengujian akan terjadi penggumpalan pada darah yang diberi antiserum A. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
·      Kelompok 2 memiliki golongan darah A
Golongan darah A saat dilakukan pengujian akan terjadi penggumpalan pada darah yang diberi antiserum A. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
·      Kelompok 3 memiliki golongan darah A
Golongan darah A saat dilakukan pengujian akan terjadi penggumpalan pada darah yang diberi antiserum A. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

·      Kelompok 4 memiliki golongan darah
Golongan darah B saat dilakukan pengujian golongan darah terjadi penggumpalan pada darah yang diberi antiserum B. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
·      Kelompok 5 memiliki golongan darah A
Golongan darah A saat dilakukan pengujian akan terjadi penggumpalan pada darah yang diberi antiserum A. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
              Di dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut aglutinin. Aglutinin merupakan antibodi yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada permukaan sel darah merah. Sesuai jenis aglutinogen, ada dua jenis aglutinin yaitu aglutinin α (anti-A) dan aglutinin β (anti-B). Jika kedua aglutinin ini bereaksi dengan antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami lisis. Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah). Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golong-an darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0 (nol).
              Antigen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam proses produksi antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan protein pembawa. Antigen dibagi menjadi 2, yaitu antigen A dan antigen B. Antigen A hanya terdapat dan dihasilkan pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan antigen B hanya terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O.
Di dalam darah serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, merupakan plasma darah tanpa fibrinogen dan juga bukan faktor koagulasi. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi eksogenus. Sehingga kandungan serum tersebut dapat menggumpalkan darah. Serum A berwarna biru sedangkan serum B berwarna kuning.
Dikatakan bergolongan darah A, karena setelah darah tersebut diberi serum anti A, darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen A, dan serum darahnya dapat membuat aglutinin anti B.
Dikatakan bergolongan darah B, karena setelah darah tersebut diberi serum anti B, darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen B, dan serum darahnya dapat membuat aglutinogen anti A.
Dikatakan bergolongan darah AB, karena setelah darah tersebut di beri serum anti A dan anti B mengalami aglutinasi. Hal ini dikarenakan di dalam sel darah merahnya mengandung anti A maupun anti B di dalam plasmanya sehingga serum darahnya  dapat menggumpalkan serum anti A dan anti B.
Dikatakan bergolongan darah O, karena tidak mengalami aglutinasi. Hal ini dikarenakan didalam sel darah merahnya tidak mengandung anti A maupun anti B di dalam plasmanya (aglutinogen) sehingga serum darahnya tidak dapat menggumpalkan serum anti A maupun anti B.
Mekanisme penggumpalan darah dapat dijelaskan sebagai berikut: aglutinin A dan aglutinin B di dalam plasmanya (serum) bersifat bivalen atau polivalen, yaitu pada saat yang sama setelah diteteskan pada sel darah merah dapat mengikat dua atau lebih sel darah merah sekaligus ,sehingga dapat menyebabkan  penggumpalan pada sel darah merahnya. Misalnya, probandus dengan golongan darah A mengalami penggumpalan pada darah yang ditetesi anti A karena individu dengan A pada sel darah merahnya memiliki anti B pada plasmanya sehingga didalam plasma individu tersebut, anti A bereaksi spesifik terhadap antibodi pada anti B sehingga terjadi penggumpalan.


VIII.   Penutup
Kesimpulan
Ø  Terdapat 4 golongan darah pada sistem ABO, yaitu golongan darah A, B, O dan AB. Dalam system ABO terdapat dua  jenis zat sel darah pada eritrosit yaitu zat sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B.
Ø  Kombinasi yang mungkin terjadi antara zat sel darah dan plasmanya  yaitu:
·           Individu dengan A pada sel eritrositnya, memiliki anti B pada  plasmanya
·           Individu dengan B pada sel eritrositnya, memiliki anti A pada  plasmanya
·           Individu dengan A dan B pada sel eritrositnya, tidak memiliki anti A dan  anti B pada  plasmanya
·           Individu tidak terdapat  A dan B pada sel eritrositnya, memiliki anti A dan anti B pada  plasmanya
Ø  Fungsi penggolongan darah, yaitu untuk proses transfusi darah dan penyelidikan golongan darah.

Saran
Sebaiknya sebelum praktikum di mulai, alat-alat yang di butuhkan telah dipersiapkan terlebih dahulu di meja praktikum agar dapat menghemat waktu.  Selain itu peralatan praktikum yang digunakan baik kondisinya serta tidak lupa membersihkan peralatan praktikum yang telah digunakan dan para probandus jangan  panik saat darah mulai keluar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


Daftar Pustaka

Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan. Jakarta: Kedokteran EGC
Juprimalino. 2012. Golongan Darah Manusia. ( 14 November 2012 ).
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/ golongan-darah-manusia-.html
Omegawati, Wigati. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press
Waluyo,Joko.2010. Biologi Umum. Jember : unej
Winotasara dkk. 1993. Biologi Umum. Jakarta : Depdikbud
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito


Read More →