Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

KETIKA CINTA HARUS MENGALAH

0 komentar

KETIKA CINTA HARUS MENGALAH
Oleh : Siti Mustaqimah

“Tak Pernah Padam” masih mengalun dari MP3-nya Aditia. Mulutnyapun ikut bernyanyi mengikuti irama lagunya Sandi Sandoro. Hmmm, kelihatannya Aditia begitu menjiwainya. Sampai-sampai dia meneteskan air mata tiap memutar lagu tersebut. Kenapa nih anak jadi melow begini ya ? Memang ada yang lain dalam diri Aditia. Setelah dua tahun persahabatannya dengan Putri berjalan. Susah senang dilaluinya bersama-sama. Putri memang sahabat yang baik, perhatian, cantik dan pintar pula. Bukannya Aditia berlebihan dalam menilainya, namun memang begitu kok kenyataannya. Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk berbagi tawa. Putri pernah bilang kalo semua saran Aditia selalu diturutin dan begitupun sebaliknya. Pokoknya di mana ada Aditia di situ pasti ada Putri. Begitulah hampir setiap ada kesempatan mereka selalu pergi bersama-sama. Gak ada pikiran yang “Aneh” dan gak ada perasaan apa-apa termasuk ”Cinta” J
Tapi kenapa Putri sampai saat ini belum juga punya cowok ? Padahal kalo dipikir-pikir Putri gak sulit untuk mendapatkan cowok yang dia inginkan. Emang sih Putri adalah tipe cewek yang sulit jatuh cinta dan gak sembarangan Putri menilai apalagi memilih seorang cowok untuk dijadikan pacarnya. Inilah yang membuat Aditia takut. Takut menghancurkan perasaannya dan Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Aditia terombang-ambing perasaannya. Bagaikan perahu yang terombang-ambing diterjang ombak lautan. Perasaan yang dirasakannya  saat ini, biasa kita sebut “Cinta”. Tapi apakah ini Cinta ? Ya, memang benar ini adalah “Cinta”. Questo E’Reale E Amore, kata orang Italia. Hanya saja, Aditia terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Aditia dikecam oleh perasaan “Cemburu”. Perasaan yang dulu gak pernah ada kini muncul begitu saja. Cemburu saat Putri menceritakan kalo ada beberapa cowok yang naksir padanya dan mencoba menarik perhatiannya. Padahal selama ini Aditia selalu memberi perhatian padanyaApakah Cemburu pertanda Cinta ? Kata orang, cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan rasa kegelisahan, bahasa kerennya sih “Galau”.
Aduhhh, Aditia makin gregetan aja dibuatnya. Aditia benar-benar jadi tambah galau. Namun semakin lama tersiksa juga batinnya. Ada keinginan untuk mengutarakannya pada Putri. Tentang masalah perasaan Aditia yang makin tambah gak karuan tentang Putri. Tapi Aditia gak ada keberanian untuk mengatakannya. Aditia takut kalo Putri akan membencinya dan membuat persahabatan yang telah dijalaninya menjadi hancur begitu saja. “Ini gak boleh terjadi”, kata Aditia
Hingga suatu saat, akhirnya Aditia berusaha untuk melupakannya tapi gak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalo aku ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya bukan hanya sebagai seorang “Sahabat” ? Hmmm, aku harus berani”.  “Aku harus berani ambil segala resikonya apapun itu yang akan terjadi nanti, kata Aditia”.
“Putri, I love you” kata Aditia. Akhirnya setelah sekian lama memendam perasaannya, iapun berani tuk mengungkapkannya. “I'll be serious with you and will love you completely, forever ".Ia terus memandangi wajah Putri. Gak ada amarah atau respon apapun dari Putri, yang ada hanya “Tangis”. Upsss, Putri menangis. Aditia makin bertanya-tanya dalam batinnya. Baru kali ini Aditia melihat Putri menangis.
“Kenapa Put? Apa kata-kata aku nyakitin perasaan kamu?”Putri menggeleng-gelengkan kepalanya. Sambil masih terisak dengan tangisannya, ia coba menjelaskan sama Aditia. “Aditia siap mendengarkan jawaban Putri, apapun itu meskipun kata “Tidak” sekalipun, kata Aditia. Dan benar, kata “Tidak” yang terlontar dari ucapan Putri. Ya, Andre harus menerimanya. Sepeti kata Kusuma Dewi dalam bukunya, “Jika kamu siap untuk jatuh cinta, maka kamu harus siap juga untuk patah hati”. Rasanya dada Andre serasa mau jebol, gerimis serasa hujan badai. Sunyinynya malam itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua saja yang ada di alam ini. Tak ada suara hewan atau apapun yang meramaikan bumi. Bahkan langit serasa menjadi gelap gulita tanpa ada cahaya yang meneranginya.
“Maafin aku ya, Aditia?” tangan Putri menggenggam jemari Aditia. Aditia terdiam sejenak. “Kamu pasti kecewa sama jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada “Rasa” sama kamu. Aku hanya takut perasaan ini hanya ilusi semata yang akan hilang begitu saja seperti saat kita membuka mata”, Kata Putri.
“Put, Jika cinta ini beban biarkan aku saja yang menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku berlutut dihadapanmu tuk memohon maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya meskipun secara bertahap. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka, biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai akhir nafasku”. Aditia merasa Putri akan membencinya dan meninggalkannya selama-lamanya. Kemudian dipeluknya Putri erat-erat dan dibelainya rambutnya dengan penuh kasih sayang yang tulus dari dasar lubuk hatinya.
“Aku gak mau kehilangan sahabat terbaikku” kata Putri masih dalam pelukan Aditia. “Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tak terbatas ruang dan waktu. Lagipula  aku tak tau akankah perjalanan cinta kita ini nantinya akan abadi, atau malah putus di tengah jalan ? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu terjadi pada kita, Aditia”
Aditia mulai merenungi kata-kata yang terlontar dari ucapan Putri. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Putri dalam-dalam, bagaikan “Singa yang siap menerkam mangsanya”. Ternyata Aditia masih bisa menikmati senyum manis Putri. Dia masih bisa merasakan sejuknya tatapan Putri. Dan ia gak mau kehilangan semuanya itu hanya karna hal ini.
“Aku rela menjadi lilin yang rela menghancurkan dirinya hanya untuk memberi cahaya walaupun itu redup tapi aku sanggup tuk menerangi hatimu” kata Aditia sambil menyeka air mata yang mengalir di pipi Putri.
“Iya, Aditia, kata Putri”. Soalnya hati hanya dapat mencintai dalam sekejap. Kaki cuma bisa melangkah jauh dan lelah. Busana tak selamanya indah dipakai tubuh. Dan begitu juga batu di tepi pantai yang tak selamanya kokoh saat diterjang ombak di tepi lautan. Tapi memiliki sahabat sepertimu adalah anugrah dan keabadian yang tak mungkin ku lupakan ” begitu pinta Putri disambut senyum Aditia. Dan mereka saling berpelukan lagi. Tanpa merasakan beban yang tak terbatas oleh ruang maupun waktu. Hmm… apa bisa Aditia menyimpan dalam-dalam perasaannya berlama-lama ? only time will tell everything:)
So, persahabatan tidak mengenal  namanya perbedaan, waktu, jarak, harta ataupun suku. Apapun itu, sahabat akan tetap ada disaaat suka maupun duka. Sahabat sejati tidak akan pergi walaupun dia telah disia-siakan bahkan meski dia tidak dianggap sekalipun. Yang ada dalam benak dari seorang sahabat adalah bisa selalu ada untuk orang-orang yang ada didekatnya, entah orang tersebut menganggapnya hanya sebatas teman biasa atau orang yang berarti, yang terpenting baginya bisa membantu orang-orang yang ada didekatnya dan merasa senang saat ia didekatnya. :)

0 komentar: